Nindya Ayu
Jumat, 10 Mei 2013
Jumat, 19 April 2013
EKOLOGI HEWAN
JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER
MATA KULIAH EKOLOGI HEWAN
Mata Kuliah
|
EKOLOGI HEWAN
| |
Dosen Pembina
|
HUSAMAH, Spd
| |
Program Studi
|
BIOLOGI
| |
Nama Mahasiswa dan NIM/Kelas
|
NINDYA AYU INGESWARI
201110070311075
|
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
APRIL 2013
1. Arti konsep waktu secara singkat, dan berikan contoh ulasannya terkait dengan kasus ulat bulu yang menyerbu tanaman mangga di Probolinggo Tahun 2010
Hewan poikiloterm adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya. Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Konsep waktu adalah konsep dimana suatu waktu dapat menjadi tempat untuk menempatkan suatu konsep keadaan wilayahnya. Sama kaitannya dengan kasus ulat bulu yang menyerbu tanaman mangga di Probolinggo Tahun 2010. Faktor abiotik dan biotik dapat memicu peningkatan populasi ulat bulu. Salah satu faktor pemicu utama ledakan populasi ulat bulu adalah perubahan ekosistem yang ekstrem pada agroekosistem mangga. Perubahan tersebut dipicu oleh beberapa hal, yakni musim hujan yang panjang pada tahun 22010-2011 yang menyebabkan kenaikan kelembaban udara. Suhu yang berfluktuasi berdampak terhadap iklim mikro yang mendukung kelembapan ulat bulu (Yuliantoro,2012).
2. Pemanfaatan konsep kelimpahan, intensitas dan prevalensi, disperse, fekunditas, dan kelulushidupan dalam kaitannya dengan penetapan hewan langka!
Tinggi rendahnya jumlah individu populasi suatu spesies hewan menunjukkan besar kecilnya ukuran populasi atau tingkat kelimpahan populasi itu. Area suatu populasi tidak dapat ditentukan batansnya secara pasti, sehingga kelimpahan (ukuran) populasi pun tidak mungkin dapat ditentukan. Hal demikian terutama berlaku bagi populasi alami hewan-hewan bertubuh kecil, terlebih yang nocturnal atau tempat hidupnya sulit dijangkau. Maka, digunakan pengukuran tingkat kelimpahan populasi per satuan ruang dari yang ditempati yaitu kerapatannya (Racmawati, 2012).
Kelimpahan populasi suatu spesies mengandung dua aspek yang berbeda, yaitu aspek intensitas dan aspek prevalensi. Intensitas menunjukkan aspek tinggi rendahnya kerapatan populasi dalam area yang dihuni spesies. Prevalensi menunjukkan jumlah dan ukuran area-area yang ditempati spesies dalam konteks daerah yang lebih luas (masalah sebaran).
Suatu spesies hewan yang prevalensinya tinggi (=prevalen) dapat lebih sering dijumpai. Spesies yang prevalensinya rendah, yang daerah penyebarannya terbatas (terlokalisasi) hanya ditemui di tempat tertentu.
Suatu spesies hewan yang prevalensinya tinggi (=prevalen) dapat lebih sering dijumpai. Spesies yang prevalensinya rendah, yang daerah penyebarannya terbatas (terlokalisasi) hanya ditemui di tempat tertentu.
Dispersi (sebaran individu intra-populasi) adalah salah satu ciri statistik atau himpunan yang tidak dimiliki oleh suatu individu organisme, namun timbul sebagai akibat dari aktivitas kelompok yang berinteraksi. enampilan dan kinerja suatu populasi sangat ditentukan oleh ciri-ciri statistic. Ekologi populasi (yang membahas dinamika populasi) memusatkan topic-topik bahasannya pada ciri statistic serta faktor yang mempengaruhinya dalam skala ruang dan waktu. Dalam biologi, fekunditas adalah laju reproduksi aktual suatu organisme atau populasi yang diukur berdasarkan jumlah gamet, biji, ataupun propagula aseksual.
3. aplikasi konsep interaksi populasi, khususnya parasitisme dan parasitoidisme, dalam pengendalian biologis
Mahluk hidup memiliki tingkat organisasi kehidupan dari yang paling sederhana hingga tingkat yang paling kompleks, yaitu sel, jaringan, organ, system organ, organisme, individu, populasi, komunitas, ekosistem, bioma, dan biosfer. Sebagai contoh pengendalian hama secara biologi/hayati adlah penggunaan makhluk hidup untuk membatasi populasi organisme penggganggu tumbuhan (OPT). Makhluk hidup dalam kelompok ini diidstilahkan juga sebagai musuh alami, seperti predator, parasitoid, patogen. Dalam hal penggunaan dan pengedalian mikroorganisme yang berguna diperluas yaiu meliputi makhluk hidup termasuk yang bersel tunggal, virion, dan bahan genetik. Tujuan pengendalian adalah mengupayakan agar populasi hama tidak meni,bulkan kerugian, melalui cara-cara pengendalian yang efektif, menguntungkan, dan aman terhadap lingkungan.
4. Nilai sikap dan karakter apa yang harus ditumbuhkan pada siswa ketika belajar konsep-konsep dalam ekologi hewan
Ekologi Hewan adalah suatu cabang biologi yang khusus mempelajari interaksi-interaksi antara hewan dengan lingkungan biotic dan abiotik secara langsung maupun tidak langsung meliputi sebaran (distribusi) maupun tingkat kelimpahan hewan tersebut. Sasaran utama ekologi hewan adalah pemahaman mengenai aspek-aspek dasar yang melandasi kinerja hewan-hewan sebagai individu, populasi, komunitas dan ekosistem yang ditempatinya, meliputi pengenalan pola proses interaksi serta faktor-faktor penting yang menyebabkan keberhasilan maupun ketidakberhasilan organisme-organisme dan ekosistem-ekosistem itu dalam mempertahankan keberadaannya.
Nilai sikap dan karakter apa yang harus ditumbuhkan pada siswa ketika belajar konsep-konsep dalam ekologi hewan adalah Sebagai contoh, kita mempelajari salah satu jenis hewan mulai dari habitatnya di alam, distribusi dan kelimpahannya, makanannya, prilakunya, dan lain-lain. Setelah semua dipahami dengan pengamatan dan penelitian yang cermat dan teliti, maka pengetahuan itu dapat kita manfaatkan misalnya dalam menjaga kelestariannya di alam dengan menjaga keutuhan lingkungan, habitat alaminya,memprediksi kelimpahan populasinya kelak, menganalisis perannya dalam ekosistem, membudidayakannya serta kegiatan lainnya dengan mengoptimalkan kondisi lingkungannya menyerupai habitat aslinya.
5. Contoh pemanfaatan indikator hewan untuk monitoring kondisi lingkungan secara mendetail, mulai dari jenis, prinsip dan praktik pemanfaatannya!
Indikator adalah ukuran yang bersifat kuantitatif dan umumnya terdiri atas pembilang (numerator) dan penyebut (denominator). Dalam hal ini, pembilang adalah jumlah kejadian yang sedang diukur sedangkan penyebut adalah besarnya populasi yang beresiko menjadi sasaran kejadian tersebut. indikator yang mencakup pembilang dan penyebut ini sangat tepat untuk memantau perubahan dari waktu ke waktu serta dalam membandingkan suatu wilayah dengan wilayah lain.
mengenai metode dalam monitoring ekologi (biologi dan fisik), khususnya lingkungan biologi seperti hewan karang (coral) dan invertebrata. Parameter biologi yang diamati mencakup organisme yang hidup pada ekosistem terumbu karang dan dapat digunakan untuk menilai kondisi terumbu karang yang bersangkutan, misalnya kerusakan terumbu karang yang disebabkan oleh bencana alam atau akibat kegiatan manusia (Anonimous, 2011).
6. Manfaat pengetahuan tentang relung bagi aktivitas konservasi? Berikan salah satu contoh hewan langka, lakukan kajian tentang relungnya. Relung dalam ekologi merujuk pada posisi unik bagi aktivitas konservasi yang ditempati oleh suatu spesies tertentu berdasarkan rentang fisik yang ditempati dan peranan yang dilakukan di dalam komunitasnya.Konsep ini menjelaskan suatu cara yang tepat dari suatu organisme untuk menyelaraskan diri dengan lingkungannya.
Salah satu contoh Burung unta merupakan burung terbesar yang masih hidup. Dengan ketinggian hingga 2,5 meter (8 kaki), ia cukup besar untuk seseorang dewasa berbadan kecil menunggang mereka dan telah digunakan di sebagian Afrika Utara dan Arab sebagai hewan tunggangan perlombaan. Burung ini tidak dapat terbang dan termasuk dalam kumpulan primitif yang kurang dikenal, yaitu ratit (Palaeognaths). Nama ilmiahnya Struthio camelus.Burung onta merupakan binatang herbivora yang hidup secara berkelompok dan sangat menyukai air, tetapi dapat bertahan hidup dalam jangka waktu yang relatif lama tanpa air. Pada masa lampau, burung onta diternakan untuk menghasilkan bulu-bulu dan merupakan salah satu komoditas ekspor utama. setelah didomestikan, pemeliharaan burung onta ditujukan sebagai penghasil telur, daging dan bulu.
Species burung unta higga saat ini hanya diketemukan sebgai struthio camelus. Sejauh ini, burung unta merupakan burung terbesar yang masih hidup, tingginya dapat mencapai 2,5 meter. Tinggi burung onta jantan dewasa mencapai 9 kaki dengan berat badan mencapai 75-150 kg, betina dengan kisaran 5,5-6,5 kaki dengan berat badan dibawah berat badan jantan. Pertumbuhan anaknya mencapai 10 inchi per bulan pada tahun pertama dan beratnya mencapai 50 kg pada umur 1 bulan.
Habitat burung unta umumnya berada didaerah kering atau berpasir di afrika tengah dan afrika selatan. Daerah savana atau padang rumput juga merupakan habitat yang baik untuk burung onta. Burung unta jantan berwarna hitam dan putih, sedangkan betina berwarna cokelat keabu-abuan.Burung unta hidup bergerombol atau berkelompok, terdiri dari 5-50 ekor, umumnya ditemukan bersama-sama dengan binatang-binatang yang merumput, seperti zebra dan antelope. Karakteristik lain burung unta adalah amat menyukai air dan sering dijumpai mandi secara berkala (Anonimous,2010).
Species burung unta higga saat ini hanya diketemukan sebgai struthio camelus. Sejauh ini, burung unta merupakan burung terbesar yang masih hidup, tingginya dapat mencapai 2,5 meter. Tinggi burung onta jantan dewasa mencapai 9 kaki dengan berat badan mencapai 75-150 kg, betina dengan kisaran 5,5-6,5 kaki dengan berat badan dibawah berat badan jantan. Pertumbuhan anaknya mencapai 10 inchi per bulan pada tahun pertama dan beratnya mencapai 50 kg pada umur 1 bulan.
Habitat burung unta umumnya berada didaerah kering atau berpasir di afrika tengah dan afrika selatan. Daerah savana atau padang rumput juga merupakan habitat yang baik untuk burung onta. Burung unta jantan berwarna hitam dan putih, sedangkan betina berwarna cokelat keabu-abuan.Burung unta hidup bergerombol atau berkelompok, terdiri dari 5-50 ekor, umumnya ditemukan bersama-sama dengan binatang-binatang yang merumput, seperti zebra dan antelope. Karakteristik lain burung unta adalah amat menyukai air dan sering dijumpai mandi secara berkala (Anonimous,2010).
DAFTAR PUSTAKA
Racmawati,2012. http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3312125.pdf
Yuliantoro dkk, 2012. Jurnal Ulat Bulu Tanaman Mangga di Probolinggo. http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3312125.pdf. Malang
Senin, 18 Maret 2013
IKAN MAS (Cyprinus carpio)
Ikan mas atau Ikan
karper (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar
yang bernilai ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia. Di Indonesia,
ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920-an. Ikan mas yang
terdapat di Indonesia merupakan merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Selain
itu "ikan mas punten" dan "ikan mas majalaya" merupakan
hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat
diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya.
Sistematika dan Morfologi
Ahli
perikanan Dr. A.L Buschkiel dalam RO. Ardiwinata (1981) menggolongkan jenis
ikan karper menjadi dua golongan, yakni
- pertama, jenis-jenis karper yang bersisik normal dan
- kedua, jenis kumpai yang memiliki ukuran sirip memanjang.
Golongan
pertama yakni yang bersisik normal dikelompokkan lagi menjadi dua yakni
kelompok ikan karper yang:
- bersisik biasa dan
- bersisik kecil.
Sedangkan
Djoko Suseno (2000) mengemukakan, berdasarkan fungsinya, ras-ras ikan karper
yang ada di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua kelompok:
- kelompok pertama merupakan ras-ras ikan konsumsi dan
- kelompok kedua adalah ras-ras ikan hias.
Ikan karper
sebagai ikan konsumsi dibagi menjadi dua kelompok yakni:
- ras ikan karper bersisik penuh dan
- ras ikan karper bersisik sedikit.
Kelompok ras ikan karper yang bersisik penuh adalah
ras-ras ikan karper yang memiliki sisik normal, tersusun teratur dan
menyelimuti seluruh tubuh. Ras ikan karper yang termasuk ke dalam kelompok ini
adalah "ikan karper majalaya", "ikan karper punten",
"ikan karper si nyonya" dan "ikan karper merah atau ikan
mas".
Sedangkan yang tergolong dalam ras karper bersisik
sedikit adalah "ikan karper kaca" yang oleh petani di Tabanan
biasa disebut dengan nama "karper gajah". Untuk kelompok ras ikan
karper hias, beberapa di antaranya adalah "karper kumpay",
"karper kaca", "ikan mas merah" dan "ikan koi".
Secara morfologis, ikan karper mempunyai bentuk tubuh
agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat
disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek.
Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan karper ditutupi sisik dan hanya sebagian
kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan karper berukuran
relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid berwarna hijau, biru, merah,
kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai dengan rasnya.
Sejarah Perkembangan di Indonesia
Menurut Djoko Suseno (2000), di Indonesia pertama kali
ikan karper berasal dari daratan Eropa dan Tiongkok yang kemudian berkembang menjadi ikan budi daya yang
sangat penting.
Sementara itu, menurut R.O Ardiwinata (1981), ikan
karper yang berkembang di Indonesia diduga awalnya berasal dari Tiongkok
Selatan. Disebutkan, budi daya ikan karper diketahui sudah berkembang di daerah
Galuh (Ciamis),
Jawa Barat
pada pertengahan abad ke-19. Masyarakat setempat disebutkan sudah menggunakan kakaban
- subtrat untuk pelekatan telur ikan karper yang terbuat dari ijuk – pada tahun
1860, sehingga budi daya ikan karper di kolam di Galuh disimpulkan sudah
berkembang berpuluh-puluh tahun sebelumnya.
Sedangkan penyebaran ikan karper di daerah Jawa
lainnya, dikemukakan terjadi pada permulaan abad ke-20, terutama sesudah
terbentuk "Jawatan Perikanan Darat" dari “Kementrian Pertanian”
(Kemakmuran) saat itu.
Dari Jawa, ikan karper kemudian dikembangkan ke Bukittinggi
(Sumatera
Barat) tahun 1892. Berikutnya dikembangkan di Tondano
(Minahasa,
Sulawesi
Utara) tahun 1895, daerah Bali Selatan (Tabanan) tahun 1903, Ende (Flores, NTT) tahun 1932 dan Sulawesi
Selatan tahun 1935. Selain itu, pada tahun 1927 atas permintaan
Jawatan Perikanan Darat saat itu juga mendatangkan jenis-jenis ikan karper dari
Negeri Belanda,
yakni jenis Galisia ("karper gajah") dan kemudian tahun 1930
didatangkan lagi karper jenis Frankisia ("karper kaca").
Menurut Djoko Suseno (2000), kedua jenis karper tersebut sangat digemari oleh
petani karena rasa dagingnya lebih sedap, padat, durinya sedikit dan pertumbuhannya
lebih cepat dibandingkan ras-ras lokal yang sudah berkembang di Indonesia
sebelumnya.
Pada tahun 1974, seperti yang dikemukakan Djoko Suseno
(2000), Indonesia mengimpor ikan karper ras Taiwan, ras Jerman dan ras fancy
carp masing-masing dari Taiwan, Jerman dan Jepang. Sekitar tahun 1977 Indonesia mengimpor "ikan
karper ras yamato" dan "ras koi" dari Jepang. Ras-ras ikan
karper yang diimpor tersebut dalam perkembangannya ternyata sulit dijaga
kemurniannya karena berbaur dengan ras-ras ikan karper yang sudah ada di
Indonesia sebelumnya sehingga terjadi persilangan dan membentuk ras-ras baru.
Syarat dan Kebiasaan Hidup
Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di
perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu
deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di
daerah dengan ketinggian 150--600 meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30°
C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang ditemukan di
perairan payau atau muara sungai
yang bersalinitas
(kadar garam) 25-30%.
Ikan mas tergolong jenis omnivora,
yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari
tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan
binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan.
Perkembangbiakan
Siklus hidup ikan mas dimulai dari perkembangan
di dalam gonad (ovarium
pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan sperma).
Sebenarnya pemijahan ikan mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak
tergantung pada musim. Namun, di habitat aslinya, ikan mas sering memijah pada
awal musim hujan, karena adanya rangsangan dari aroma tanah kering yang
tergenang air.
Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam
sampai akhir fajar. Menjelang memijah, induk-induk ikan mas aktif mencari
tempat yang rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan
air. Substrat inilah yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur
sekaligus membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan.
Sifat telur ikan mas adalah menempel pada
substrat. Telur ikan mas berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8
mm, dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur
dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa.
Antara 2-3 hari kemudian, telur-telur akan
menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan mas mempunyai kantong kuning telur yang berukuran
relatif besar sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur
tersebut akan habis dalam waktu 2-4 hari. Larva ikan mas bersifat menempel dan
bergerak vertikal. Ukuran larva antara 0,5-0,6 mm dan bobotnya antara 18-20 mg.
Larva berubah menjadi kebul (larva stadia
akhir) dalam waktu 4-5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan mas memerlukan pasokan
makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan alami kebul terutama
berasal dari zooplankton, seperti rotifera, moina, dan daphnia. Kebutuhan pakan
alami untuk kebul dalam satu hari sekitar 60-70% dari bobotnya.
Setelah 2-3 minggu, kebul tumbuh menjadi burayak
yang berukuran 1-3 cm dan bobotnya 0,1-0,5 gram. Antara 2-3 minggu kemudian
burayak tumbuh menjadi putihan (benih yang siap untuk didederkan) yang
berukuran 3-5 cm dan bobotnya 0,5-2,5 gram. Putihan tersebut akan tumbuh terus.
Setelah tiga bulan berubah menjadi gelondongan yang bobot per ekornya
sekitar 100 gram.
Gelondongan akan tumbuh terus menjadi induk.
Setelah enam bulan dipelihara, bobot induk ikan jantan bisa mencapai 500 gram.
Sementara itu, induk betinanya bisa mencapai bobot 1,5 kg setelah berumur 15
bulan. Induk-induk ikan mas tersebut mempunyai kebiasaan mengaduk-aduk dasar
perairan atau dasar kolam untuk mencari makanan.
Jenis-jenis Ikan Mas (Karper)
Saat ini, banyak sekali jenis ikan mas yang
beredar di kalangan petani, baik jenis yang berkualitas tidak terlalu tinggi
hingga jenis unggul. Setiap daerah memiliki jenis ikan mas favorit, misalnya di
Jawa Barat,
ikan mas yang paling digemari adalah jenis "ikan mas majalaya". Di
daerah lain, jenis ini belum tentu disukai, begitu juga sebaliknya. Perbedaan
tersebut biasanya dipengaruhi oleh selera masyarakat dan kebiasaan para petani
yang membudidayakannya secara turun-temurun.
Dari beberapa jenis ikan mas yang telah dikenal
masyarakat, "varietas majalaya" termasuk jenis unggul. Buktinya,
varietas ini telah dilepas oleh Menteri
Pertanian tahun 1999 dalam rangka HUT ke-25 Badan Litbang Pertanian.
Jenis-jenis ikan mas secara umum dapat
digolongkan menjadi dua kelompok, yakni ikan mas konsumsi dan ikan mas hias.
Jenis ikan mas konsumsi adalah jenis-jenis ikan mas yang dikonsumsi atau
dimakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi yang berasal dari hewan.
Sementara itu, jenis ikan mas hias umumnya digunakan untuk memenuhi kepuasan
batin atau untuk hiasan (pajangan) dan dipelihara di kolam-kolam taman atau akuarium.
Langganan:
Postingan (Atom)