Ikan mas atau Ikan
karper (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar
yang bernilai ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia. Di Indonesia,
ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920-an. Ikan mas yang
terdapat di Indonesia merupakan merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Selain
itu "ikan mas punten" dan "ikan mas majalaya" merupakan
hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat
diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya.
Sistematika dan Morfologi
Ahli
perikanan Dr. A.L Buschkiel dalam RO. Ardiwinata (1981) menggolongkan jenis
ikan karper menjadi dua golongan, yakni
- pertama, jenis-jenis karper yang bersisik normal dan
- kedua, jenis kumpai yang memiliki ukuran sirip memanjang.
Golongan
pertama yakni yang bersisik normal dikelompokkan lagi menjadi dua yakni
kelompok ikan karper yang:
- bersisik biasa dan
- bersisik kecil.
Sedangkan
Djoko Suseno (2000) mengemukakan, berdasarkan fungsinya, ras-ras ikan karper
yang ada di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua kelompok:
- kelompok pertama merupakan ras-ras ikan konsumsi dan
- kelompok kedua adalah ras-ras ikan hias.
Ikan karper
sebagai ikan konsumsi dibagi menjadi dua kelompok yakni:
- ras ikan karper bersisik penuh dan
- ras ikan karper bersisik sedikit.
Kelompok ras ikan karper yang bersisik penuh adalah
ras-ras ikan karper yang memiliki sisik normal, tersusun teratur dan
menyelimuti seluruh tubuh. Ras ikan karper yang termasuk ke dalam kelompok ini
adalah "ikan karper majalaya", "ikan karper punten",
"ikan karper si nyonya" dan "ikan karper merah atau ikan
mas".
Sedangkan yang tergolong dalam ras karper bersisik
sedikit adalah "ikan karper kaca" yang oleh petani di Tabanan
biasa disebut dengan nama "karper gajah". Untuk kelompok ras ikan
karper hias, beberapa di antaranya adalah "karper kumpay",
"karper kaca", "ikan mas merah" dan "ikan koi".
Secara morfologis, ikan karper mempunyai bentuk tubuh
agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat
disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek.
Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan karper ditutupi sisik dan hanya sebagian
kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan karper berukuran
relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid berwarna hijau, biru, merah,
kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai dengan rasnya.
Sejarah Perkembangan di Indonesia
Menurut Djoko Suseno (2000), di Indonesia pertama kali
ikan karper berasal dari daratan Eropa dan Tiongkok yang kemudian berkembang menjadi ikan budi daya yang
sangat penting.
Sementara itu, menurut R.O Ardiwinata (1981), ikan
karper yang berkembang di Indonesia diduga awalnya berasal dari Tiongkok
Selatan. Disebutkan, budi daya ikan karper diketahui sudah berkembang di daerah
Galuh (Ciamis),
Jawa Barat
pada pertengahan abad ke-19. Masyarakat setempat disebutkan sudah menggunakan kakaban
- subtrat untuk pelekatan telur ikan karper yang terbuat dari ijuk – pada tahun
1860, sehingga budi daya ikan karper di kolam di Galuh disimpulkan sudah
berkembang berpuluh-puluh tahun sebelumnya.
Sedangkan penyebaran ikan karper di daerah Jawa
lainnya, dikemukakan terjadi pada permulaan abad ke-20, terutama sesudah
terbentuk "Jawatan Perikanan Darat" dari “Kementrian Pertanian”
(Kemakmuran) saat itu.
Dari Jawa, ikan karper kemudian dikembangkan ke Bukittinggi
(Sumatera
Barat) tahun 1892. Berikutnya dikembangkan di Tondano
(Minahasa,
Sulawesi
Utara) tahun 1895, daerah Bali Selatan (Tabanan) tahun 1903, Ende (Flores, NTT) tahun 1932 dan Sulawesi
Selatan tahun 1935. Selain itu, pada tahun 1927 atas permintaan
Jawatan Perikanan Darat saat itu juga mendatangkan jenis-jenis ikan karper dari
Negeri Belanda,
yakni jenis Galisia ("karper gajah") dan kemudian tahun 1930
didatangkan lagi karper jenis Frankisia ("karper kaca").
Menurut Djoko Suseno (2000), kedua jenis karper tersebut sangat digemari oleh
petani karena rasa dagingnya lebih sedap, padat, durinya sedikit dan pertumbuhannya
lebih cepat dibandingkan ras-ras lokal yang sudah berkembang di Indonesia
sebelumnya.
Pada tahun 1974, seperti yang dikemukakan Djoko Suseno
(2000), Indonesia mengimpor ikan karper ras Taiwan, ras Jerman dan ras fancy
carp masing-masing dari Taiwan, Jerman dan Jepang. Sekitar tahun 1977 Indonesia mengimpor "ikan
karper ras yamato" dan "ras koi" dari Jepang. Ras-ras ikan
karper yang diimpor tersebut dalam perkembangannya ternyata sulit dijaga
kemurniannya karena berbaur dengan ras-ras ikan karper yang sudah ada di
Indonesia sebelumnya sehingga terjadi persilangan dan membentuk ras-ras baru.
Syarat dan Kebiasaan Hidup
Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di
perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu
deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di
daerah dengan ketinggian 150--600 meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30°
C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang ditemukan di
perairan payau atau muara sungai
yang bersalinitas
(kadar garam) 25-30%.
Ikan mas tergolong jenis omnivora,
yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari
tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan
binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan.
Perkembangbiakan
Siklus hidup ikan mas dimulai dari perkembangan
di dalam gonad (ovarium
pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan sperma).
Sebenarnya pemijahan ikan mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak
tergantung pada musim. Namun, di habitat aslinya, ikan mas sering memijah pada
awal musim hujan, karena adanya rangsangan dari aroma tanah kering yang
tergenang air.
Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam
sampai akhir fajar. Menjelang memijah, induk-induk ikan mas aktif mencari
tempat yang rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan
air. Substrat inilah yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur
sekaligus membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan.
Sifat telur ikan mas adalah menempel pada
substrat. Telur ikan mas berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8
mm, dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur
dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa.
Antara 2-3 hari kemudian, telur-telur akan
menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan mas mempunyai kantong kuning telur yang berukuran
relatif besar sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur
tersebut akan habis dalam waktu 2-4 hari. Larva ikan mas bersifat menempel dan
bergerak vertikal. Ukuran larva antara 0,5-0,6 mm dan bobotnya antara 18-20 mg.
Larva berubah menjadi kebul (larva stadia
akhir) dalam waktu 4-5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan mas memerlukan pasokan
makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan alami kebul terutama
berasal dari zooplankton, seperti rotifera, moina, dan daphnia. Kebutuhan pakan
alami untuk kebul dalam satu hari sekitar 60-70% dari bobotnya.
Setelah 2-3 minggu, kebul tumbuh menjadi burayak
yang berukuran 1-3 cm dan bobotnya 0,1-0,5 gram. Antara 2-3 minggu kemudian
burayak tumbuh menjadi putihan (benih yang siap untuk didederkan) yang
berukuran 3-5 cm dan bobotnya 0,5-2,5 gram. Putihan tersebut akan tumbuh terus.
Setelah tiga bulan berubah menjadi gelondongan yang bobot per ekornya
sekitar 100 gram.
Gelondongan akan tumbuh terus menjadi induk.
Setelah enam bulan dipelihara, bobot induk ikan jantan bisa mencapai 500 gram.
Sementara itu, induk betinanya bisa mencapai bobot 1,5 kg setelah berumur 15
bulan. Induk-induk ikan mas tersebut mempunyai kebiasaan mengaduk-aduk dasar
perairan atau dasar kolam untuk mencari makanan.
Jenis-jenis Ikan Mas (Karper)
Saat ini, banyak sekali jenis ikan mas yang
beredar di kalangan petani, baik jenis yang berkualitas tidak terlalu tinggi
hingga jenis unggul. Setiap daerah memiliki jenis ikan mas favorit, misalnya di
Jawa Barat,
ikan mas yang paling digemari adalah jenis "ikan mas majalaya". Di
daerah lain, jenis ini belum tentu disukai, begitu juga sebaliknya. Perbedaan
tersebut biasanya dipengaruhi oleh selera masyarakat dan kebiasaan para petani
yang membudidayakannya secara turun-temurun.
Dari beberapa jenis ikan mas yang telah dikenal
masyarakat, "varietas majalaya" termasuk jenis unggul. Buktinya,
varietas ini telah dilepas oleh Menteri
Pertanian tahun 1999 dalam rangka HUT ke-25 Badan Litbang Pertanian.
Jenis-jenis ikan mas secara umum dapat
digolongkan menjadi dua kelompok, yakni ikan mas konsumsi dan ikan mas hias.
Jenis ikan mas konsumsi adalah jenis-jenis ikan mas yang dikonsumsi atau
dimakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi yang berasal dari hewan.
Sementara itu, jenis ikan mas hias umumnya digunakan untuk memenuhi kepuasan
batin atau untuk hiasan (pajangan) dan dipelihara di kolam-kolam taman atau akuarium.